A.
Pengertian Masyarakat
Masyarakat (sebagai
terjemahan istilah society) adalah sekelompok orang yang membentuk
sebuah sistem semi
tertutup (atau semi terbuka), dimana sebagian besar interaksi adalah antara
individu-individu yang berada dalam kelompok tersebut. Kata
"masyarakat" sendiri berakar dari kata dalam bahasa Arab, musyarak.
Lebih abstraknya, sebuah masyarakat adalah suatu jaringan hubungan-hubungan
antar entitas-entitas.
Masyarakat adalah sebuah komunitas yang interdependen (saling tergantung satu sama
lain). Umumnya, istilah masyarakat digunakan untuk mengacu sekelompok orang
yang hidup bersama dalam satu komunitas yang teratur.
Menurut Syaikh Taqyuddin An-Nabhani, sekelompok
manusia dapat dikatakan sebagai sebuah masyarakat apabila memiliki pemikiran,
perasaan, serta sistem/aturan yang sama. Dengan kesamaan-kesamaan tersebut,
manusia kemudian berinteraksi sesama mereka berdasarkan kemaslahatan.
Masyarakat sering diorganisasikan berdasarkan
cara utamanya dalam bermata pencaharian. Pakar ilmu sosial
mengidentifikasikan ada: masyarakat pemburu,
masyarakat pastoral nomadis, masyarakat bercocoktanam, dan
masyarakat agrikultural intensif, yang juga disebut masyarakat peradaban.
Sebagian pakar menganggap
masyarakat industridan
pasca-industri sebagai kelompok masyarakat yang terpisah dari masyarakat
agrikultural tradisional.
Masyarakat dapat pula diorganisasikan berdasarkan
struktur politiknya: berdasarkan urutan kompleksitas dan besar, terdapat
masyarakat band, suku, chiefdom,
dan masyarakatnegara.
Kata society berasal dari
bahasa latin, societas, yang berarti hubungan
persahabatan dengan yang lain. Societas diturunkan dari kata socius yang
berarti teman,
sehingga arti society berhubungan erat dengan kata sosial. Secara implisit,
kata society mengandung makna bahwa setiap anggotanya mempunyai perhatian dan
kepentingan yang sama dalam mencapai tujuan bersama.
Untuk menganalisa secara ilmiah tentang proses
terbenruknya masyarakat sekaligus problem-problem yang ada sebagai
proses-proses yang sedang berjalan atau bergeser kita memerlukan beberapa
konsep. Konsep-konsep tersebut sangat perlu untuk menganalisa proses terbentuk
dan tergesernya masyarakat dan kebudayaan serta dalam sebuah penelitian
antropologi dan sosiologi yang disebut dinamik sosial (social dynamic).
Konsep-konsep penting tersebut antara lain :
·
Internalisasi (internalization)
·
Sosialisasi (socialization)
·
Enkulturasi (enculturation).
B.
Masyarakat Pedesaan
Masyarakat
pedesaan selalu memiliki ciri-ciri atau dalam hidup bermasyarakat, yang
biasanya tampak dalam perilaku keseharian mereka. Pada situasi dan kondisi
tertentu, sebagian karakteristik dapat digeneralisasikan pada kehidupan
masyarakat desa di Jawa. Namun demikian, dengan adanya perubahan sosial
religius dan perkembangan era informasi dan teknologi, terkadang sebagian
karakteristik tersebut sudah “tidak berlaku”. Masyarakat pedesaan juga ditandai
dengan pemilikan ikatan perasaan batin yang kuat sesama warga desa, yaitu
perasaan setiap warga/anggota masyarakat yagn amat kuat yang hakekatnya, bahwa
seseorang merasa merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari masyarakat
dimanapun ia hidup dicintainya serta mempunyai perasaan bersedia untuk
berkorban setiap waktu demi masyarakatnya atau anggota-anggota masyarakat,
karena beranggapan sama-sama sebgai masyarakat yang saling mencintai saling
menghormati, mempunyai hak tanggung jawab yang sama terhadap keselamatan dan
kebahagiaan bersama di dalam masyarakat.
Adapun yang menjadi ciri masyarakat desa antara lain :
1.
Didalam masyarakat pedesaan di antara warganya
mempunyai hubungan yang lebih mendalam dan erat bila dibandingkan dengan
masyarakat pedesaan lainnya di luar batas wilayahnya.
2.
Sistem kehidupan umumnya berkelompok dengan dasar
kekeluargaan
3.
Sebagian besar warga masyarakat pedesaan hidup dari
pertanian
4.
Masyarakat tersebut homogen, deperti dalam hal mata
pencaharian, agama, adapt istiadat, dan sebagainya
Didalam
masyarakat pedesaan kita mengenal berbagai macam gejala, khususnya tentang
perbedaan pendapat atau paham yang sebenarnya hal ini merupakan sebab-sebab
bahwa di dalam masyarakat pedesaan penuh dengan ketegangan –ketegangan sosial.
Gejala-gejala sosial yang sering diistilahkan dengan :
1.
konflik
2.
kontraversi
3.
kompetisi
C.
Masyarakat Perkotaan
Masyarakat perkotaan sering disebut
urban community. Pengertian masyarakat kota lebih ditekankan pada sifat
kehidupannya serta cirri-ciri kehidupannya yang berbeda dengan masyarakat
pedesaan. Ada beberap ciri yang menonjol pada masyarakat kota yaitu :
1.
kehidupan keagamaan berkurang bila dibandingkan dengan
kehidupan keagamaan di desa
2.
orang kota pada umumnya dapat mengurus dirinya sendiri
tanpa harus bergantung pada orang lain. Yang penting disini adalah manusia
perorangan atau individu. Di kota -kota kehidupan keluarga sering sukar untuk
disatukan, sebab perbedaan kepentingan paham politik, perbedaan agama dan sebagainya.
3.
Jalan pikiran rasional yang pada umumnya dianut
masyarakat perkotaan , menyebabkan bahwa interaksi-interaksi yang terjadi lebih
didasarkan pada factor kepentingan daripada factor pribadi.
4.
pembagian kerja di antra warga-warga kota juga lebih
tegas dan mempunyai batas-batas yang nyata
5.
kemungkinan-kemungkinan untuk mendapatkan pekerjaan
juga lebih banyak diperoleh warga kota dari pada warga desa
6.
interaksi yang terjai lebih banyak terjadi berdasarkan
pada factor kepentingan daripaa factor pribadi
7.
pembagian waktu yang lebih teliti dan sangat penting,
untuk dapat mengejar kebutuhan individu
8.
perubahan-perubahan sosial tampak dengan nyata di
kota-kota, sebab kota biasanya terbuka dalam menerima pengaruh dari luar.
D. Perbedaan
Masyarakat Pedesaan Dan Perkotaan
1.
Lingkungan Umum dan Orientasi Terhadap Alam, Masyarakat
perdesaan berhubungan kuat dengan alam, karena lokasi geografisnyadi daerah
desa. Penduduk yang tinggal di desa akan banyak ditentukan oleh kepercayaan dan
hukum alam. Berbeda dengan penduduk yang tinggal di kota yang kehidupannya
“bebas” dari realitas alam.
2.
Pekerjaan atau Mata Pencaharian, Pada
umumnya mata pencaharian di dearah perdesaan adalah bertani tapi tak sedikit
juga yg bermata pencaharian berdagang, sebab beberapa daerah pertanian tidak
lepas dari kegiatan usaha.
3.
Ukuran Komunitas, Komunitas perdesaan biasanya lebih
kecil dari komunitas perkotaan.
4.
Kepadatan Penduduk, Penduduk desa kepadatannya lbih
rendah bila dibandingkan dgn kepadatan penduduk kota,kepadatan penduduk suatu
komunitas kenaikannya berhubungan dgn klasifikasi dari kota itu sendiri.
5.
Homogenitas dan Heterogenitas,
Homogenitas atau persamaan ciri-ciri sosial dan psikologis, bahasa,
kepercayaan, adat-istiadat, dan perilaku nampak pada masyarakat perdesa bila
dibandingkan dengan masyarakat perkotaan. Di kota sebaliknya penduduknya
heterogen, terdiri dari orang-orang dgn macam-macam perilaku, dan juga bahasa,
penduduk di kota lebih heterogen.
6.
Diferensiasi Sosial, Keadaan heterogen dari penduduk
kota berindikasi pentingnya derajat yg tinggi di dlm diferensiasi Sosial.
7.
Pelapisan Sosial, Kelas sosial di dalam masyarakat
sering nampak dalam bentuk “piramida terbalik” yaitu kelas-kelas yg tinggi
berada pada posisi atas piramida, kelas menengah ada diantara kedua tingkat
kelas ekstrem dari masyarakat.
Ada beberapa
perbedaan pelapisan sosial yang tak resmi antara masyarakat desa dan kota:
§
pada masyarakat kota aspek kehidupannya lebih banyak
system pelapisannya dibandingkan dengandi desa.
§
pada masyarakat desa kesenjangan antara kelas eksterm
dalam piramida sosial tidak terlalu besar dan sebaliknya.
§
masyarakat perdesaan cenderung pada kelas tengah.
§
ketentuan kasta dan contoh perilaku.
8.
Mobilitas
Sosial
Mobilitas berkaitan dgn perpindahan
yg disebabkan oleh pendidikan kota yg heterogen, terkonsentrasinya
kelembagaan-kelembagaan.
§
banyak penduduk yg pindah kamar atau rumah
§
waktu yg tersedia bagi penduduk kota untuk bepergian
per satuan
§
bepergian setiap hari di dalam atau di luar
§
waktu luang di kota lbih sedikit dibandingkan di
daerah perdesaan Interaksi Sosial.
§
masyarakat pedesaan lebih sedikit jumlahnya
§
dalam kontak sosial berbeda secara kuantitatif maupun
secara kualitatif
9.
Pengawasan Sosial
Di kota pengawasan lebih bersifat
formal, pribadi dan peraturan lbh menyangkut masalah pelanggaran
10.
Pola Kepemimpinan
Menentukan kepemimpinan di daerah
perdesaan cenderung banyak ditentukan oleh kualitas pribadi dari individu
dibandingkan dengan kota
11.
Standar Kehidupan
Di kota
tersedia dan ada kesanggupan dalam menyediakan kebutuhan tersebut, di desa
tidak demikian
12.
Kesetiakawanan Sosial
Kesetiakawanan
sosial pada masyarakat perdesaan dan perkotaan banyak ditentukan oleh masingmasing
faktor yang berbeda
13.
Nilai dan Sistem Nilai
Nilai dan
system nilai di desa dengan di kota berbeda dan dapat diamati dalam kebiasaan,
cara dan norma yang berlaku
14.
Hubungan desa dan kota
Masyarakat
pedesaan dan perkotaan bukanlah dua komunitas yang terpisah sama sekali satu
sama lain. Bahkan terdapat hubungan uang erat, bersifat ketergantungan, karena
saling membutuhkan Kota tergantung desa dalam memenuhi kebutuhan warganya akan
bahan-bahan pangan, desa juga merupakan tenaga kasar pada jenis-jenis pekerjaan
tertentu di kota. sebaliknya, kota menghasilkan barang-barang yg juga
diperlukan oleh orang desa, kota juga menyediakan tenaga-tenaga yang melayani
bidang-bidang jasa yg dibutuhkan oleh orang desa.
15.
Urbanisasi
dan Urbanisme
Urbanisasi
adalah suatu proses berpindahnya penduduk dari desa ke kota. Secara umum
sebab-sebab urbanisasi adalah sebagai berikut :
1.
Daerah yg termasuk menjadi pusat pemerintahan
atau menjadi ibu kota.
2.
Tempat tesebut letaknya sangat strategis
sekali untuk usaha-usaha perdagangan/perniagaan.
3.
Timbulnya industri di daerah itu, yang memproduksi
barang maupun jasa.
E.
Aspek Positif Dan Negatif
Perkembangan
kota merupakan manifestasi dari pola kehidupan sosial , ekonomi , kebudayaan
dan politik . Kesemuanya ini akan dicerminkan dalam komponen – komponen yang
memebentuk struktur kota tersebut . Jumlah dan kualitas komponen suatu kota
sangat ditentukan oleh tingkat perkembangan dan pertumbuhan kota tersebut.
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan , seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
Secara umum dapat dikenal bahwa suatu lingkungan perkotaan , seyogyanya mengandung 5 unsur yang meliputi :
1.
Wisma : Untuk tempat berlindung terhadap alam
sekelilingnya.
2.
Karya : Untuk penyediaan lapangan kerja.
3.
Marga : Untuk pengembangan jaringan jalan dan
telekomunikasi.
4.
Suka : Untuk fasilitas hiburan, rekreasi, kebudayaan,
dan kesenian.
5.
Penyempurnaan : Untuk fasilitas keagamaan, perkuburan,
pendidikan, dan utilitas umum.
Untuk itu semua , maka fungsi dan tugas aparatur
pemerintah kota harus ditingkatkan :
a)
Aparatur kota harus dapat menangani berbagai masalah
yang timbul di kota . Untuk itu maka pengetahuan tentang administrasi kota dan
perencanaan kota harus dimilikinya .
b)
Kelancaran dalam pelaksanaan pembangunan dan
pengaturan tata kota harus dikerjakan dengan cepat dan tepat , agar tidak
disusul dengan masalah lainnya ;
c)
Masalah keamanan kota harus dapat ditangani dengan
baik sebab kalau tidak, maka kegelisahan penduduk akan menimbulkan masalah baru
;
d)
Dalam rangka pemekaran kota , harus ditingkatkan
kerjasama yang baik antara para pemimpin di kota dengan para pemimpin di
tingkat kabupaten tetapi juga dapat bermanfaat bagi wilayah kabupaten dan sekitarnya.
Oleh karena itu maka kebijaksanaan
perencanaan dan mengembangkan kota harus dapat dilihat dalam kerangka
pendekatan yang luas yaitu pendekatan regional . Rumusan pengembangan kota
seperti itu tergambar dalam pendekatan penanganan masalah kota sebagai berikut
:
1)
Menekan angka kelahiran
2)
Mengalihkan pusat pembangunan pabrik (industri) ke
pinggiran kota
3)
Membendung urbanisasi
4)
Mendirikan kota satelit dimana pembukaan usaha relatif
rendah
5)
Meningkatkan fungsi dan peranan kota-kota kecil atau
desa-desa yang telah ada di sekitar kota besar
6)
Transmigrasi bagi warga yang miskin dan tidak
mempunyai pekerjaan.
Sumber :